Sabtu, 21 April 2012

Gurihnya Kacang Botol dan Embal Maluku Tenggara

sumber: erwin prima










Aroma gurih camilan kacang dan ubi kayu menyapa indra penciuman tatkala pelancong dari berbagai daerah keluar dari area Bandar Udara Dumatubun, Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku.

Rasa penasaran kontan terjawab saat kami berjalan sekitar 200 meter menuju pusat kota. Di kawasan Jalan Jenderal Sudirman di Langgur itu, teka-teki aroma gurih kacang dan ubi terjawab. Rupanya, aroma itu berasal dari kacang tanah yang telah dikupas kulitnya, dikemas di dalam botol. Sedangkan ubi kayu itu diasapi setelah diparut dan diperas airnya.

Itu sebabnya, masyarakat di sana menamai camilan kacang khas Kabupaten Maluku Tenggara tersebut “kacang botol”. Adapun ubi kayu yang diasapi disebut “embal lempeng”. Ketenaran akan gurihnya kedua jenis oleholeh itu tak hanya terhenti di jazirah Kepulauan Kei, tapi juga sampai ke Papua, Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, hingga mancanegara.

Siapa pun yang hendak ke pusat kota atau terbang dari Bandara Dumatubun disarankan mampir dulu di sentra penjualan kacang botol dan embal lempeng.

Para sopir taksi atau angkutan umum yang mengetahui penumpangnya berasal dari luar Maluku Tenggara selalu mengingatkan atau menawari penumpangnya singgah di sana.

Saat Tempo mampir di Jalan Sudirman, terlihat jejeran puluhan kios di kiri-kanan jalan. Para pedagang kebanyakan menjual kacang botol dan embal lempeng yang dipasang di etalase atau digantung di depan gerai. Aroma khas kacang dan ubi kayu pun menyeruak kian menusuk. Menggoda untuk dinikmati.

“Silakan dicicipi, Pak,” kata Ahmad, seorang pedagang. Dia dan rekan-rekannya menjual tiga bungkus embal lempeng seharga Rp 25 ribu. “Itu embal lempeng buatan Desa Ngilngof,” katanya.

Adapun embal buatan Desa Debut dijual Rp 20 ribu per tiga bungkus. Sedangkan embal buatan Desa Ibra dijual Rp 10 ribu per tiga bungkus. Harga tersebut bervariasi hanya pada faktor perbedaan rasa. “Embal Ngilngof lebih ringan dan putih ser ta gurih dibanding yang lain,” kata dia.

Para pelancong ke Maluku Tenggara setiap kali mencari oleholeh selalu membeli kacang botol dan embal lempeng.

Kacang botol selama ini dipadu dengan embal jika dimakan Jadi, ketika membeli oleh-oleh ka cang botol, selalu disertai dengan embal, kare na kedua jenis makanan ini selalu dimakan bersama-sama.

Rupanya, embal lempeng dan kacang botol tak hanya dijual di Jalan Sudirman. “Kalau mau bawa yang lebih gurih untuk oleholeh, nanti belinya di Tual,” kata Jopi Jaftoran, sopir taksi, berpromosi kepada li ma pelancong.

Untuk sampai di Kota Tual, wisatawan yang berma lam di ho tel-hotel di kawasan Langgur bisa menggu nakan kendara an darat, sekitar 10 menit per jalanan.

Tual, ibu kota Kabupaten Maluku Tenggara, itu kini dimekarkan menjadi Kota Tual, ter letak di Pulau Dullah.

Pulau Dullah dan Pulau Kei Kecil dihubungkan oleh sebuah jembatan Watdek dengan ben tangan sekitar 200 meter. Jopi benar. Tatkala kami tiba di Kota Tual, terlihat camilan yang membuat ketagihan itu dikemas lebih apik. Rasanya pun lebih bervariasi.

Menurut Pertiwi Albram, 38 tahun, produsen sekaligus pedagang kacang botol dan embal lempeng di Kota Tual, pasaran kacang botol dan embal mengalami pasang-surut. Kadang dalam sehari terjual 20 botol. Tapi pada saat kapal putih milik PT Pelayaran Nasional Indonesia berlabuh di Pelabuhan Yos Sudarso, Tual, untuk berlayar ke wilayah barat, semua kacang botol laris manis terbeli.

“Pernah biar satu botol pun tidak ada lagi,” kata alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pattimura itu. Omzet toko milik ibu satu anak keturunan Arab itu mencapai Rp 25 juta per bulan.

Ia menggeluti industri rumahan kacang botol itu sejak meraih gelar sarjana. Untuk embal, dia menerimanya dari pembuat di enam desa yang ada di Kei Kecil.

Sebelum tahun 2000, hanya terdapat dua kelompok pembuat kacang botol di Maluku Tenggara. Sekarang terdapat tujuh kelompok industri rumah tangga kacang botol yang tersebar di tiga sentra produksi kacang botol, yakni kawasan Pasar Masrum, Tual, Desa Ohoijang, dan Desa Debut, Kei Kecil.

Mereka membuat dengan tiga cita rasa kacang botol: rasa bawang, asin, dan manis. Harga yang ditawarkan bervariasi. Kacang botol rasa bawang dijual seharga Rp 20 ribu. Sedangkan kacang botol rasa asin dan manis dijual Rp 15 ribu per botol besar.

Untuk lokasi pembuat embal lempeng, adanya di Desa Ngilngof, Debut, Loon, Rumat, Ohoidertutu, dan Desa Weduar, Kecamatan Kei Kecil. Embal lempeng disediakan dalam dua cita rasa dan dua bentuk. Bentuknya lempengan dan kembang dengan rasa kacang dan tanpa campuran kacang.

Aneka rasa dan kemasannya sanggup menggoda pelancong. Lihatlah Taslim Kalidupa, pelancong asal Ambon. Ia sengaja membeli enam botol kacang rasa asin dan dua botol rasa bawang. “Untuk oleh-oleh teman-teman di kantor,” kata Taslim.

http://tual-comunity-online.blogspot.com/2009/01/gurihnya-kacang-botol-dan-embal-maluku.html


0 komentar:

Posting Komentar