LAPORAN : Indra. L
Daerah
Maluku memang sangat kaya dengan keanekaragaman alamnya. Belum semua
kekayaan alam itu terjamah, padahal kekayaan alam itu dapat memberi asas
manfaat kepada masyarakat dan juga kepada daerah ini.
Bagi seorang pengrajin patung, seperti
Silvester Otmudy, kekayaan alam yang ada di daerah ini sudah dapat ia
manfaatkan dan diolahnya sendiri sebagai sesuatu yang sangat berharga.
Dengan ketrampilan dan ispirasi serta jiwa
seni yang tinggi, Otmudy dapat mempersembahakan hasil karya seni budaya
daerahnya kepada dunia luar. Hal itu terbukti, saat kedatangan Kapal
pesiar Voyage Discovery yang membawa ratusan wisatawan yang berkunjung
ke Ambon, Minggu (29/1).
Saat itu Otmudy terlihat sedang menggelar
hasil kerajinan tangannya berupa patung yang terbuat dari batu, kayu dan
tulang dalam ukuran besar dan kecil. Patung-patung itu sepertinya
menjadi magnet bagi wisatawan yang saat itu berkunjung. Wisatawan yang
tertarik dengan kerajinan Otmudy itu akhirnya bisa membawa pulang
beberapa patung ke tanah airnya dengan harga yang terjangkau.
Para turis memang sangat tertarik dan
menyukai hasil kerajinan orang Maluku, sehingga mereka mendatangi tempat
digelarnya kerajinan Maluku. Mereka yang mendatangi tempat itu, terdiri
dari kebanyakan lanjut usia (lansia). Dan mereka datang bukan dalam
bentuk kelompok, tetapi sendiri-sendiri, dan ada juga pasangan suami
istri.
Kunjungan para wisatawan ke daerah ini,
Minggu (29/1) adalah bukti bahwa mereka masih tertarik dengan apa yang
kita miliki di daerah ini. Sehingga dengan sendirinya membawa berkat
tersendiri bagi para pengrajin.
Dibawah ini
adalah sebagian hasil kerajinan tangan Otmudy dan kawan-kawan yang
digelar saat kunjungan Voyages Discovery di halaman Parkir Pelabuhan Yos
Soedarso Ambon. Berikut uraiannya;
Proses Pembuatan Kerajinan Ukir Khas Maluku
Patung Batu
Aktivitas
kesenian, termasuk seni pahat, seringkali memiliki ketergantungan yang
besar terhadap alam. Tidak terkecuali dalam pembuatan patung batu
tradisional di Maluku. Untuk menghasilkan patung batu yang benar-benar
natural, diperlukan bebatuan khusus dari daerah perbukitan atau
pegunungan, lembah dan sungai.
Bahan baku
ini tergolong sulit diperoleh. Selain perlu waktu panjang untuk
menelusuri sungai dan menjelajah lembah, juga diperlukan ketelitian
untuk mendapatkan bebatuan yang memenuhi criteria. Ini penting, agar
dalam proses pembuatan nanti, bebatuan tersebut tidak mengalami
keretakan yang berarti.
Setelah bahan baku pilihan berhasil
diperoleh, langkah berikut adalah melakukan penggergajian untuk
mendapatkan potongan batu yang sempurna. Potongan batu berukuran
besar-kecil ini diperlukan, utamanya ketika membuat motif ukiran pada
patung.
Proses pembuatan patung itu sendiri diawali
dengan menggambar motif ukiran pada batu. Selanjutnya, pemahatan
dilakukan dengan merunut pada pola tersebut. Termasuk merekatkan
potongan batu-batu yang telah diukir tadi ke badan patung.
Sudah pasti, ketelatenan dan ketelitian
pemahat tetap menjadi modal utama, disamping ide-ide kreatif yang
dituangkan ke dalam beraneka bentuk motif.
Patung Kayu
Patung kayu hanya dapat dihasilkan dari
bahan baku yang juga bermutu. Bahan baku tersebut dipilih dari kayu
khusus yang oleh masyarakat Yamdena – Maluku Tenggara Barat, disebut
Knawe Katutun atau Kayu Kanawa. Kayu ini dianggap memiliki daya tarik,
terutama pada warna internal dan garis-garis naturalnya.
Untuk
membuat patung kayu berukuran besar, seorang pemahat memerlukan bahan
baku sepanjang 2, 12 meter. Sedangkan untuk patung berukuran sedang,
bahan baku yang diperlukan 1,15 meter.
Setelah bahan baku tersedia, proses kreatif
diawali dengan menggambar motif atau model patung pada kayu. Pola
inilah yang nantinya menjadi acuan bagi si pemahat pada saat melakukan
pemahatan.
Pemahatan pola yang telah terbentuk mulai
dikerjakan. Untuk menghindari kesalahan, tahap ini menuntut ketelitian
dan ketelatenan, disamping pengerjaan yang ekstra hati-hati.
Pada tahap pengukiran, terutama ketika
mengerjakan detail patung, pemahat biasanya menggunakan sebilah pisau.
Pisau ini selalu dijaga ketajamannya dengan melakukan pengasahan secara
rutin.
Tahap terakhir adalah mengamplas. Proses
finishing ini dilakukan dengan menggunakan kertas penghalus, sehingga
diperoleh hasil akhir sesuai yang dikehendaki.
Patung Syompe
Patung
laki-laki dan perempuan dalam posisi duduk bersila ini dikenal dengan
nama patung Syompe. Posisi bersila merupakan cermin pengakuan manusia
kepada sang pencipta alam semesta yang telah memberikan karunia sumber
daya alam nan berlimpah. Aksesori yang diukir pada patung setinggi 1,2
meter ini; gelang, kalung anting, hiasan kepala serta ukiran di atas
tempat duduk, melambankan kekayaan alam yang tak ada habisnya.
Walut tumbur
Menggambarkan sepasang lelaki dan perempuan
yang sedang membawa persembahan/sesaji kepada para dewa atau leluhur.
Tradisi persembahan merupakan wujud ungkapan syukur penduduk kepulauan
tanimbar – Maluku Tenggara Barat pada masa lalu atas keberhasilan mereka
dalam pertanian. Walut atau patung Tumbur umumnya dibuat dari kayu
hitam atau ebony wood, setinggi 31 cm untuk patung pria dan 30 cm untuk
patung wanita.
Walut Tumbur Ulnir Du
Karakteristik
patung kayu setinggi 30 cm ini terletak pada model kepala manusia yang
tersusun dan terpancang pada sebuah tiang kayu. Model ini menggambarkan
sisi gelap kehidupan manusia yang memiliki ilmu hitam dan berada di
bawah pengaruh roh jahat. Manusia seperti itu umumnya memiliki sifat
kejam dan bengis, tercermin pada bentuk dan wajah patung yang
menyeramkan. Masyarakat local Kepulauan Tanimbar mengenalnya sebagai
patung magis atau patung berhala.